Siapa yang tak kenal Pulau Kalimantan? Salah satu dari
gugusan pulau di Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas. Pulau ini dikenal
juga dengan sebutan Borneo. Luasnya ± 748.168.1 kilometer persegi. Dengan luas
tersebut sebagian besarnya masih berupa hutan yang masih alami. Bisa dibilang
pulau Kalimantan ini Amazonnya Indonesia, karena masih banyak daerah-daerah
yang belum terjamah manusia. Jadi wajar saja hingga saat ini banyak ilmuwan
menemukan spesies flora dan fauna baru di Kalimantan, mulai dari yang
biasa-biasa saja sampai yang unik atau aneh. Belum lama ini ditemukan spesies katak satu-satunya di dunia yang tidak
berparu-paru dan bernapas seluruhnya melalui kulit. Ada lagi jenis siput Ibycus Rachelae. Siput ini adalah yang paling unik dari seluruh penemuan terbaru. Selain
warnanya yang hijau kekuning-kuningan, siput ini juga memiliki ekor yang
panjang. Wow, it’s so amazing..
Ibycus Rachelae
Kalimantan juga tidak lepas dari sejarah pergerakan
kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di negeri ini. Saat Majapahit masih berjaya
di Nusantara, seperti tercantum dalam Kakawin Nagarakertagama, Kalimantan
termasuk dalam salah satu wilayah kekuasan Majapahit dengan sebutan Tanjung
Nagara. Ibukota untuk daerah Tanjung Nagara adalah Tanjungpura. Begitu pula
halnya saat kerajaan Singosari berkuasa, Tanjungpura ini menjadi ibukota
provinsi untuk keseluruhan pulau Kalimantan dengan nama Bakulapura. Nama Bakula
berasal dari bahasa sansekerta yang berarti bunga tanjung.
Dalam imajinasi saya, Kalimantan a.ka. Borneo ini masih
ndeso banget, primitif dan kaya di film-film besutan Hollywood yang mengambil
setting tentang hutan Amazon, atau seperti liputan National Geographic maupun
Discovery Channel. Serta tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku
bahwa aku akan menginjakkan kaki di pulau tersebut. Namun ternyata Tuhan
berkehendak lain. Selama ini yang tersirat dalam anganku ketika kuliah adalah
lulus, bekerja di Jogja (tapi kalau disuruh milih sich lebih pilih entrepreneur
aja, tapi modalnya masih cekak #mewek) , bikin rumah dan membangun keluarga bahagiaku bersama
seorang gadis dengan akun twitter @pusparenii di Jogja pula. Kenapa Jogja? Next
time akan saya jelaskan di postingan yang lain.. Hehee..
Back to the topic.. Kalau dirunut ke belakang kenapa saya
bisa “terdampar” di Borneo adalah karena dapet sawah di sini. Macul maksudnya?
Eiits..bukan macul.. Sawah di sini cuma istilah orang Jawa untuk menyebut
sebuah lahan pekerjaan. Sebenarnya kalau mau dibilang macul boleh juga sich,
tapi ini maculnya pake Excavator dan yang digali itu batu bara. Hehee.. Jadi
ceritanya saya bekerja di salah satu perusahaan tambang batu bara di daerah
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kalau anda yang kenal saya pasti
memberondong saya dengan seabreg pertanyaan yang selama ini sering saya terima,
“Bukannya ente Sarjana Pendidikan? Gimana
ceritanya kok bisa di tambang? Jadi guru di tambangkah?”. Bukan seperti itu
kawan, Allah memberi rizki saya untuk jadi karyawan swasta di salah satu
perusahaan kontraktor tambang batu bara. Memang pada awalnya agak pesimis ketika
masih keluyuran cari pekerjaan dengan
bermodalkan ijazah S1, apalagi ketika melihat realita banyaknya stock sarjana
yang menjadi saingan dalam memperebutkan pekerjaan di Indonesia dewasa ini.
Berawal dari salah satu posting di KasKus – The LargestIndonesian Community, tentang lowongan pekerjaan di perusahaan ini melalui
program FGDP (Fresh Graduate Development Program), yaitu sebuah program
percepatan untuk mendevelop karyawan baru di level Staff yang memiliki
kewajiban dan kewenangan manajerial, pengambilan keputusan, serta
mengkondisikan karyawan di bawahnya untuk mencapai tujuan perusahaan. Tebak-tebak
berhadiahpun dimulai dari mengirim CV & surat lamaran, psikotes &
interview HRD, interview user, interview direksi dan yang terakhir adalah tes
kesehatan (Medical Check Up). Proses
seleksi ini berlangsung kurang lebih 2 bulan, bertempat di kantor pusatnya yang
berada di Kota Harapan Indah, Bekasi Barat. Sedangkan domisili (baca :
nge-kost) pasca kuliah waktu itu masih di Jogja, alhasil setiap akan tes saya
menjadi seorang Roker (rombongan kereta, sebutan untuk mereka yang suka
menggunakan moda transportasi kereta api). Bila jadwal tes esok hari, maka sore
ini saya berangkat ke Bekasi dengan kereta api. Sore setelah tespun langsung
pulang ke Jogja dengan kereta api. Sungguh proses yang cukup melelahkan, namun
terobati ketika sudah menginjakkan kaki di kota Jogja. Dan Alhamdulillah,
seluruh tahapan tes berakhir dengan lancar sehingga masuklah saya ke dunia
tambang.
Suasana di Jobsite Office
Sempat muncul keragu-raguan dalam hati ketika mendapat
pengumuman bahwa saya lolos dan akan segera “dipaketkan” ke Kalimantan. Namun
keraguan ini berhasil saya tepis setelah berdiskusi cukup panjang dengan orang
tua, kekasih dan juga beberapa teman, akhirnya saya ambil juga tantangan itu. Training
di kantor pusat dari tanggal 8-18 April 2013, terbang ke Kalimantan tanggal 19
April 2013 dan masuk kerja perdana di tanggal 20 April 2013. Dan sekarang tak
terasa satu tahun sudah saya berkarya di perusahaan ini. Semoga Allah
memberkahi dan merahmati pekerjaan yang sedang saya jalani saat ini, hingga
akhirnya impian-impian saya dan dia bisa terwujud. Aamiin..
Sejauh ini dalam hal pekerjaan saya cenderung
menikmatinya, meskipun sebetulnya banyak sekali hal-hal baru yang belum pernah
ditemui dan harus dipelajari. Hal tersebut terutama dalam hal Peraturan
Perundang-undangan terkait ketenagakerjaan, hak dan kewajiban pekerja, Jamsostek,
perhitungan upah, dan seabreg jobdesc yang
lain. Di awal sempat pesimis dan ragu dengan kemampuan diri sendiri, apakah
saya bisa belajar dan menangani pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya.
Tapi saya yakin pada suatu pemikiran bahwa manusia diciptakan dengan dikaruniai
anugerah daya nalar, dan dengan karunia tersebut maka tidak ada ilmu yang tidak
bisa dipelajari. Meskipun memerlukan cukup waktu (baca : lambat banget)
bagi saya hingga akhirnya bisa memahami dan melaksanakan tugas serta tanggung
jawab di perusahaan ini hingga sampai saat ini. Yah, meski tak sesuai dengan
jurusan yang ditempuh selama kuliah namun semua ini saya rasa patut untuk
disyukuri karena tidak semua orang bisa diberi kesempatan seperti ini. Dan lagi
menurut saya kuliah bukan untuk mencari pekerjaan yang sesuai, namun kuliah
adalah proses melatih intuisi, nalar, pola pikir individu untuk siap menghadapi
tantangan di dunia kerjanya nanti. Buat apa jika pekerjaan dan disiplin ilmunya
linear tapi sama sekali tak berkompeten seperti yang kita temui di Indonesia
dewasa ini?
Tulisan yang dibuat sejak awal merantau di Borneo, namun
baru “sempat” terpublikasikan hampir satu tahun sesudahnya. #tepokjidat
0 comments:
Posting Komentar