Akhir-akhir ini saya sering
menerima pesan di ponsel maupun sosmed yang kebanyakan adalah rekan kuliah,
baik itu satu angkatan maupun adik angkatan. Masih berhubungan dengan artikel
beberapa waktu yang lalu dengan judul Sarjana Pendidikan Banting setir ke Dunia Pertambangan, pada umumnya mereka bertanya bagaimana kiat untuk menembus dunia
kepersonaliaan atau manajemen SDM yang kerap dikenal sebagai HRD. Jujur,
bingung sebenarnya mau menjawab bagaimana. Karena pada dasarnya mungkin ini
bisa dikatakan sebagai kolaborasi antara anugerahNya dan sedikit sentuhan “Luck”.
Bahkan hingga sampai saat inipun saya sendiri masih heran bagaimana
ceritanya saya bisa lolos, ketika mengingat bahwa para pesaing saya waktu itu
adalah sarjana-sarjana Psikologi dari beberapa Universitas ternama. Aaah,udah
jiper duluan bro.. Semakin heran ketika pengumuman akhir hanya meloloskan 2
orang untuk posisi HR Group Leader, saya sendiri dan salah satu kawan dari
kampus “tetangga sebelah” yaitu Universitas Gedung Manten. Itu lho, yang auditoriumnya
sering dipake mantenan (nikahan). Hahaa..itu plesetan buat Universitas Gadjah
Mada. Yap, kawan saya itu lulusan Manajemen Kehutanan UGM. Lebih unik lagi
bukan? Sedangkan saya sendiri Sarjana Pendidikan dengan disiplin ilmu Bimbingan
dan Konseling cetakan UNY.
Diantara kegembiraan dan syukur
yang memuncak, hati ini masih bertanya-tanya “Faktor apakah yang membuat kami
bisa lolos?”. Ternyata eh ternyata, setelah dijelaskan oleh Mas Ihsan Cabul selaku Recruitment Officer bahwasanya
parameter tes psikologi yang dia gunakan itu bertujuan melihat potensi
seseorang untuk ditempatkan di suatu posisi tertentu. Potensi tersebut dilihat
dari berbagai macam sudut pandang, mulai dari ketahanan terhadap pressure, kemampuan menerima dan
melakukan hal yang baru, kemampuan analisis, dsb sehingga ditemukan kesimpulan
layak atau tidak layak untuk diterima. Ya, hanya berbekal tools tes psikologi tersebut, seorang Recruiter bisa menganalisa
dan memetakan calon karyawan yang akan diterimanya beserta kiat-kiat untuk mengembangkannya,
karena tiap individu memang dilahirkan unik dan be rbeda antara satu dengan yang
lainnya.
So? Apa yang harus dilakukan saat
mengikuti psikotes dan atau semacamnya? Haruskah melahap habis buku-buku latihan
psikotes yang sekarang banyak dijual bebas di pasaran? Hmm..tidak juga,
sebenarnya simple saja, cukup jadi diri sendiri dan let it flow.. Karena yang sebenarnya dibutuhkan oleh recruiter adalah orisinalitas
kepribadian yang diinterpretasikan dalam psikotest. Bayangkan saja bagaimana
ketika 100 orang peserta tes membaca buku psikotest dan kesemuanya menjawab
dengan sama persis. Tapi bukan berarti tidak boleh latihan ya.. yang saya
maksud adalah jangan sampai menjawab semua soal dengan jawaban yang sama persis
dengan kunci jawaban psikotes, terutama untuk tes yang sifatnya menggambarkan
kepribadian diri anda.
Oke, lalu apa yang harus
dilakukan untuk mengejar posisi pekerjaan yang diimpikan?
Yang jelas dan yang pasti, langkah
pertama kita memang harus aktif mencari informasi dan apply sana-sini sehingga ketika satu gagal masih ada seribu yang
lainnya. FYI, ada lebih dari 30 kali saya apply,
yang lolos administration screening hingga
psikotes ada sekitar 20an, dan yang bisa sampai tembus level interview user
atau direksi hanya di kisaran 5 perusahaan saja. Jadi intinya jangan hanya
menggantungkan harapan pada 1 lowongan saja.
Dalam proses apply juga jangan
sembarangan, sesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki dan juga persyaratan
yang diajukan oleh Perusahaan. Ada pertanyaan dari salah seorang adik tingkat
“bagaimana dengan perusahaan yang memberi syarat minimal pengalaman 1 tahun?
Sedangkan saya fresh graduate.” Oke,
saya juga pernah merisaukan hal tersebut saat masih mondar-mandir sebagai jobseeker. Setelah saya masuk dalam
dunia kerja, akhirnya saya pahami bahwa fresh
graduate masih dipertimbangkan untuk dapat melamar di posisi yang
mensyaratkan one years experience. Karena
pengalaman kerja satu tahun masih dianggap baru memahami jobdesc-nya secara general saja.
Dalam membuat surat lamaran kerja,
jangan sampai menggunakan 1 master template untuk semua lamaran, sesuaikan
dengan posisi dan profil perusahaan yang akan dituju. Kemudian untuk penyusunan
CV buatlah semenarik mungkin karena CV adalah representasi profil diri kita.
Jangan sampai membuat CV terlalu banyak hingga berlembar-lembar. Ingat, recruiter tidak hanya menyeleksi satu
dua CV saja tetapi banyak. Sehingga ketika informasi yang kita sampaikan
singkat, padat, jelas dan menarik akan membuat recruiter mudah memahami diri kita. Sebenarnya untuk CV tidak ada
aturan atau format baku, yang jelas tuliskan semua informasi yang kemungkinan
dibutuhkan oleh perusahaan yang menyeleksi anda. Jangan masukkan hal-hal yang
dirasa “kurang penting” atau tidak relevan. Misalnya saja dalam kolom prestasi
anda menyebutkan bahwa anda pernah menjadi siswa teladan tingkat SMA se
kabupaten. Hal ini mungkin membanggakan bagi anda, tapi ada baiknya jika
dicantumkan saja prestasi yang anda raih dalam kurun waktu yang tidak terlalu
lama dengan pembuatan CV anda, misalnya prestasi sebagai mahasiswa berprestasi
saat kuliah. Meskipun anda memiliki segudang prestasi semasa kuliah, cantumkan
saja prestasi yang anda kira layak dan bisa menaikkan “harga jual” anda di mata
perusahaan.
Selanjutnya persiapkan diri untuk
mengikuti rangkaian tes dengan cara mencari informasi profil perusahaan,
bergerak di bidang apa, dan juga gambaran umum pekerjaan dari posisi yang kita
lamar tersebut. Sungguh sangat tidak lucu ketika kita melamar sebuah posisi
yang kita sendiri tidak mengetahui garis besar pekerjaannya. Selain itu latihan
teratur untuk mempertajam kemampuan berkomunikasi juga sangat diperlukan,
seperti body language, pemilihan
kosakata, serta intonasi dalam penyampaian pesan. Karena dengan membangun
komunikasi yang baik dan meyakinkan akan mudah membuat kita diperhitungkan
untuk diterima, komunikasi yang baik dan mengena akan sangat membantu kita
dalam menciptakan personal branding kita
di mata orang lain, terutama interviewer.
Tapi disini bukan berarti menggombal atau mengobral kata-kata surgawi yang
menyejukkan, melainkan harus benar-benar real.
Sedangkan untuk kawan-kawan
jurusan Bimbingan dan Konseling, perlu pula anda sampaikan bahwa anda memiliki
kemampuan dalam hal konseling, pengembangan karyawan, coaching, dan hal-hal lain yang memang menjadi kelebihan konselor.
Yakinkan dengan memberi alasan mengapa seorang konselor pantas diperhitungkan
untuk diberi pekerjaan yang bertugas menangani permasalahan karyawan. Memang
kita bukan ahli psikologi yang mengerti dan menguasai seluk beluk alat tes
psikologi, ataupun juga bukan praktisi hukum yang hapal di luar kepala tentang
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, tapi kita bisa membantu
perusahaan dalam hal coaching, counseling
dan people development yang
ditujukan bagi karyawan. Kita digembleng 4 tahun untuk mempelajari hal tersebut
bukan? Ada yang protes dengan statement ini,
dia mengatakan “Tapi kan kita fokusnya untuk siswa dalam dunia pendidikan”.
Kawan, ilmu bimbingan & konseling itu sangatlah luwes dan bisa diterapkan
dalam setiap bidang. Bisa diterapkan di dunia pendidikan, dalam keluarga untuk
pola pengasuhan anak, dalam bermasyarakat dan dalam kegiatan usaha. Bahkan ada
kawan senior di IMABKIN (Ikatan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Indonesia) dari
Universitas Negeri Malang yang sukses menerapkan ilmu Bimbingan dan
Konselingnya dalam kegiatan wirausahanya. Bahkan sekarang kawan tersebut sudah
memiliki toko oleh-oleh di daerah Batu dan juga usaha travel. Nah loh.. jadi jangan
minder dulu..
Yap, kurang lebih begitu kira-kiranya.
Good Luck..
0 comments:
Posting Komentar